Selasa, 24 Juli 2012

Budi Daya Gurami

BUDIDAYA IKAN GURAME
( Osphronemus gouramy )
1. SEJARAH SINGKAT
Gurame merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih lebar, bagian punggung berwarna merahsawo dan bagian perut berwarnakekuning-kuningan/ keperak-perakan. Ikan gurame merupakan keluarga Anabantidae, keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici. Ikan gurami berasal dari perairan daerah Sunda (Jawa Barat, Indonesia), dan menyebar ke Malaysia, Thailands, Ceylon dan Australia. Pertumbuhan ikan gurame agak lambat dibanding ikan air tawar jenis lain. Di Indonesia, orang Jawa menyebutnya gurami, Gurameh, orang Sumatra ikan kalau, kala, kalui, sedangkan di Kalimantan disebut Kalui. Orang Inggris menyebutnya “Giant Gouramy”, karena ukurannya yang besar sampai mencapai berat 5 kg.
2. SENTRA PERIKANAN
Daerah di Indonesia yang menjadi sentra perikanan yaitu: Sumatera, NTB dan Jawa. Sedangkan di luar negeri yaitu: Thailand, Jepang dan Filipina.
3. JENIS
Klasifikasi ikan gurame adalah sebagai berikut:
Klas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Labyrinthici
Sub Ordo : Anabantoidae
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Species : Osphronemus goramy (Lacepede)
Jenis gurami yang sudah dikenal masyarakat diantaranya: gurami angsa, gurami jepun, blausafir, paris, bastar dan porselen. Empat terakhir banyak dikembangkan di Jawa Barat, khususnya Bogor. Dibanding gurame jenis lain, porselen lebih unggul dalam menghasilkan telur. Jika induk bastar dalam tiap sarangnya hanya mampu menghasilkan 2000-3000 butir telur, porselen mampu 10.000 butir. Karena itu masyarakat menyebutnya sebagai top of the pop, dan paling banyak diunggulkan.
4. MANFAAT
Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
5. PERSYARATAN LOKASI
  1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos dan cukup      mengandung humus. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
  2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
  3. Ikan gurame dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian 50-400 m dpl.
  4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan gurame harus bersih dan dasar kolam tidak berlumpur, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
  5. Kolam dengan kedalaman 70-100 cm dan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan gurame. Untuk pemeliharaan secara tradisional pada kolam khusus, debit air yang diperkenankan adalah 3 liter/detik, sedangkan untuk pemeliharaan secara polikultur, debit air yang ideal adalah antara 6-12 liter/detik.
  6. Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 6,5-8.
  7. Suhu air yang baik berkisar antara 24-28 derajat C.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
  1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
    1. Kolam
      Jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan gurame antara lain:
      1. Kolam penyimpanan induk
        Kolam ini berfungsi untuk menyimpan induk dalam mempersiapkan kematangan telur dan memelihara kesehatan induk, kolam berupa kolam tanah yang luasnya sekitar 10 meter persegi, kedalamam minimal 50 cm dan kepadatan kolam induk 20 ekor betina dan 10 ekor jantan.
      2. Kolam pemijahan 
        Kolam berupa kolam tanah yang luasnya 200/300 meter persegi dan kepadatan kolam induk 1 ekor memerlukan 2-10 meter persegi (tergantung dari sistim pemijahan). Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 24-28 derajat C; kedalaman air 75-100 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir. Tempatkan sarana penempel telur berupa injuk atau ranting-ranting.
      3. Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan 
        Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
      4. Kolam pembesaran
        Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran bibit sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.
      5. Kolam/tempat pemberokan
        Merupakan tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan Adapun cara pembuatan kolam adalah sebagai berikut:
        1. Ukurlah tanah 10 x 10 m (100 m 2 ).
        2. Buatlah pematangnya dengan ukuran; bagian atas lebarnya 0,5 m, bagian bawahnya 1 m dan tingginya 1 m.
        3. Pasanglah pipa/bambu besar untuk pemasukan dan pengeluaran air. Aturlah tinggi         rendahnya, agar mudah memasukkan dan mengeluarkan air.
        4. Cangkullah tanah dasar kolam induk agar gembur, lalu diratakan lagi. Tanah akan         jadi lembut setelah diairi, sehingga lobang-lobang tanah akan tertutup, dan air tidak keluar akibat bocor dari pori-pori itu. Dasar kolam dibuat miring ke arah pintu keluar air.
        5. Buatlah saluran ditengah-tengah kolam induk, memanjang dari pintu masuk air ke pintu keluar. Lebar saluran itu 0,5 m dan dalamnya 15 cm.
        6. Keringkanlah kolam induk dengan 2 karung pupuk kandang yang disebarkan merata, kemudian air dimasukkan. Biarkan selama 1 minggu, agar pupuk hancur dan meresap ke tanah dan membentuk lumut, serta menguji agar kolam tidask bocor. Tinggi air 0,75-1 m.
    2. Peralatan
      Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan gurame diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (Kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan gurame antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
  2. Pembibitan
    1. Pemilihan Induk
      Ciri-ciri induk ikan gurame yang baik adalah sebagai berikut:
      1. Memiliki sifat pertumbuhan yang cepat.
      2. Bentuk badan normal (perbandingan panjang dan berat badan ideal).
      3. Ukuran kepala relatif kecil
      4. Susunan sisik teratur,licin, warna cerah dan mengkilap serta tidakluka.
      5. Gerakan normal dan lincah.
      6. Bentuk bibir indah sepertipisang, bermulut kecil dan tidak berjanggut.
      7. Berumur antara 2-5 tahun. 
        Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
        • Betina
          • Dahi meninjol.
          • Dasar sirip dada terang gelap kehitaman.
          • Dagu putih kecoklatan.
          • Jika diletakkan pada tempat datar ekor hanya bergerak-gerak.
          • Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
        • Jantan
          • Dahi menonjol.
          • Dasar sirip dada terang keputihan.
          • Dagu kuning.
          • Jika diletakkan pada tempat datar ekor akan naik.
          • Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
    1. Pemeliharaan Induk
      Induk-induk terpilih (20-30 ekor untuk kolam seluas 10 m 2 ) disimpan dalam kolam penyimpanan induk. Beri makanan selama dalam penampungan. Untuk setiap induk dengan berat antara 2-3 kg diberi makanan daun-daunan sebanyak 1/3 kg setiap hari pada sore hari. Makanan tambahan berupa dedak halus yang diseduh air panas diberikan 2 kali seminggu dengan takaran 1/2 blekminyak tanah setiap kali pemberian.
    2. Pembenihan
      Bila proses pematangan gonada (kandung telur dan sperma) di kolam penampungan sudah mencapai puncaknya, induk segera dimasukkan dalam kolam pemijahan. Adapun cara pemijjahan ikan gurame adalah sebagai berikut:
      1. Kolam dikeringkan terlebih dahulu selama 5 hari, perbaiki tanggul dan dasar kolam.
      2. Lakukan pengapuran dan pemupukan. Pemupukan dasar dengan pupuk kandang dosis 7,5 kg/100 meter persegi dan biarkan selama 3 hari.
      3. Tanami dasar kolam dengan tanaman ganggang buntut anjng
      4. Isikan air yang telah dicampur dengan pupuk buatan TSP sebantak 500 gram/100 meter persegi, biarkan selama 1 minggu kemudian isikan air hingga kedalaman 75 cm.
      5. Untuk kolam seluas 100 meter persegi bisa disebar induk sebanyak 30 ekor betina dan 10 ekor jantan. Setelah pemijahan berlangsung, 1-2 hari induk betina akan melepaskan telur-telurnya ke dalam sarang yangkemudian disemproti sperma oleh si jantan sehingga terjadi pembuahan sel telur. 20-30 hari kemudian, induk-induk yang terpelihara baik akan berpijah lagi dan beberapa hari kemudian telur akan menetas.
    3. Pemeliharaan Bibit
      Benih-benih yang telah berumur 1-2 bulan sejak menetas dapat dibesarkan pada kolam pendederan atau disawah sebagai penyelang. Dalam pelaksanaan pendederan adalah melakukan pengeringan kolam atau sawah, pemupukan, perbaikan pematang dan pemasangan saringan atau perbaikan pipa-pipa pada pintu pemasukan atau pengeluaran air. Setelah persiapan selesai, benih ditebarkan dengan kepadatan 30 ekor/meter persegi dengan ukuran benih 5-10 cm pada kolam pendederan. Makanan yang dapat diberikan selama pemeliharaan adalah rayap atau daun-daunan yang telah dilunakkan dengan dosis 20-30% berat badan rata-rata. Makanan tambahan berupa dedak halus yang diseduh air panas diberikan 1 kali seminggu dengan takaran 1 blek minyak tanah untuk 100 ekor benih. Lamanya pendederan sekitar 1-2 bulan.
  1. Pemeliharaan Pembesaran
    1. Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun monokultur.
      1. Polikultur
        Ikan gurame dipeliharan bersama ikan tawes, ikan mas, nilem, mujair atau lele. Cara ini lebih menguntungkan karena pertumbuhan ikan gurame yang cukup lambat.
      2. Monokultur
        Pada pemeliharaan gurame tersendiri, bibit yang disebar minimal harus berumur 2 bulan. Penebaran bibit sejumlah 500 ekor (ukuran 10-15 cm) diperlukan luas kolam sekitar 1500 meter persegi
    2. Pemupukan
      Pemupukan dapat dilakukan dengan bahan kimia dan pupuk kandang. Pada umumnya pemupukan hanya dilakukan 1 kali dalam setiap pemeliharaan, dengan maksud untuk meningkatkan makanan alami bagi hewan peliharaan. Tahap pertama pemupukan dilakukan pada waktu kolam dikeringkan. Pada saat ini pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang sebanyak 7,5 kg untuk tiap 100 m 2 kolam, air disisakan sedikit demi sedikit sampai mencapai       ketinggian 10 cm dan dibiarkan selama 3 hari. Pada tahap berikutnya pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk buatan seperti TSP atau pupuk Urea sebanyak 500 gram untuk setiap 100 m 2 kolam. Pemberian kedua pupuk tersebut ditebarkan merata ke setiap dasar dan sudut kolam.
    3. Pemberian Pakan
      Makanan pokok ikan gurame berupa pelet yang dapat diatur gizinya, namun di daerah yang agak sulit memperoleh pelet, daun-daunan merupakan alternatif yang sangat baik untuk dijadikan makanan ikan, diantaranya: daun pepaya, keladi, ketela pohon, genjer, kimpul, kangkung, ubi jalar, ketimun, labu dan dadap. Pemberian makanan yang teratur dengan kualitas       dan kuantitas yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan tubuh ikan lebih cepat. Induk-induk gurame yang sehat dan terjamin makanannya dapat dipijahkan dua kali setahun berturut-turut selama 5 tahun.
    4. Pemeliharaan Kolam/Tambak
      Setiap habis panen, kolam dibersihkan/kuras. setelah itu dilakukan pemupukan agar mempengaruhi kesuburan kolam, sehingga bila benih disebarkan, kesuburan ikan akan terjamin dan pertumbuhan ikan akan cepat.

Budi Daya Lele


Keuntungan Memilih Usaha Budidaya Ikan Lele

Budi daya ikan Lele, baik lele lokal maupun lele dumbo, sudah lama dikenal dan digeluti masyarakat Indonesia. Dibandingkan dengan budi daya ikan air tawar Iainnya, minat masyarakat untuk membudidayakan ikan tidakbersisik ini memang lebih tinggi dan Iebih merata di berbagai daerah. Lantas, mengapa masyarakat sangat berminat menginvestasikan uang mereka untuk membudidayakan lele, terutama > lele dumbo, dibandingkan dengan budi daya ikan air tawar Iainnya?

Untuk menjawab partanyaan di atas, kita bisa menelaah dari sisi keuntungan yang dapat diperolah seseorang dengan membudidayakan lele. Dengan kata lain, melihat prospek bisnis budi daya lele.
Bukan tanpa alasan seseorang memilih berinvestasi dalam usaha budi daya> lele. Ternyata, ada sejumlah keuntungan dan keunggulan yang ditawarkan, seperti pemaparan berikut ini.

Tahan Banting

Lele termasuk ikan yang terkenal "tahan banting” Untuk dapat bertahan hidup, leletidak memerlukan kondisi atau persyaratan air khusus seperti halnya ikan air tawar Iainnya (ikan bersisik). Ikan air tawar Iain memerlukan oksigen terlarut dalam air yang cukup, sedangkan lele tidak terlalu membutuhkannya. Lele bahkan bisa menghirup oksigen di udara dengan cara menyembul ke permukaan air, karena lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut labirin atau arborescent. Hal yang tak mungkin dilakukan ikan bersisik.
Kemampuan Ikan lele seperti disebut di atas membuat ikan ini dapat dibudidayakan hampir di setiap daerah dan di sembarang tempat. Di suatu daerah yang minim air, bahkan di comberan pun, kasarannya, lele dapat dibesarkan atau dibudidayakan. Syaratnya, jangan menebar benih berukuran kecil. Gunakan ukuran 9-12 cm, atau bila perlu ukuran di atasnya. Meski demikian, dalam budi daya lele tak berarti kondisi air bisa diabaikan atau diremehkan begitu saja. Untuk memacu pertumbuhan, produktivitas, dan menjaga kesehatan lele, tentu saja ketersediaan dan pemeliharaan air menjadi hal penting yang harus dilakukan.

Penyakit Pada Lele


Jenis dan Macam Penyakit Lele dan Penanggulangan

Jenis dan macam penyakit Lele dan Penanggulangan sering kali membuat pusing para pengusaha budidaya lele, baik yang berkecimpung di segmen pembenihan maupun pada segmen pembesaran, bahkan tidak jarang penyakit yang menyerang lele berujung pada kematian sehingga mengakibatkan kerugian besar bagi para pengusaha ternak lele, penyakit lele bisa diakibatkan dari bermacam faktor, baik karena faktor alam maupun dari kesalahan tata cara pembudidayaan.

Banyak cara yang bisa dilakukan dalam hal penggulangan penyakit lele, diantaranya dengan menggunakan bahan-bahan yang sudah tersedia di alam atau disekitar lingkungan kita, selain lebih murah dan mudah didapat, pengobatan penyakit lele dengan bahan-bahan alami relatif lebih aman, baik untuk lele maupun untuk lingkungan sekitar.

Contoh penanggulangan penyakit lele dengan bahan alami yang sudah dilakukan oleh beberapa pembudidaya ikan lele :

1. Radang usus, penyakit lele ini biasanya menunjukkan gejala lele akan terlihat berdiri tegak dan bagian kumisnya menyembul di permukaan air, beberapa pembudidaya menyebutnya seperti tiang listrik, jika ikan lele rekan-rekan pembudidaya mengalami penyakit lele seperti ini, penanggulangannya bisa dengan cara menggunakan buah mengkudu yang sudah masak/mateng, caranya mudah, ambil buah mengkudu yang sudah masak lalu masukkan pada kolam lele yang sakit, untuk ukurannya disesuaikan saja dengan besaran kolam, misalnya untuk kolam ukuran 2×4 cukup dengan 1 atau 2 buah mengkudu.

2. Radang Insang, penyakit lele seperti ini biasanya menunjukkan ciri insang lele yang memerah. Penanggulangan penyakit lele seperti ini bisa dengan cara menggunakkan daun sirih dan daun pepaya. Caranya, ambil 10 lembar daun sirih dan 10 lembar daun pepaya segar, lalu rebus dengan 1 liter air (1gayung) biarkan mendidih sampai air sat/susut menjadi tinggal 1 gelas. Setelah itu larutkan hasil rebusan air yang 1 gelas tadi dengan 10 gelas air bersih, hasil campuran inilah yang bisa digunakan, tebarkan larutan ini secukupnya pada permukaan air kolam yang terkena penyakit, dosis harus disesuaikan dengan luas kolam.
3. Asam lambung, lele yang terkena penyakit ini biasanya akan terlihat kembung karena berisi gas/angin dan cairan, untuk penyakit ini penanggulangannya bisa dengan cara seperti penanggulangan pada penyakit radang insang.
4. Penyakit jamur/radang kulit, biasanya pada kulit lele akan terlihat bercak-bercak putih, atau jika yang sudah parah kulitnya seperti terkelupas, untuk penyakit lele jenis ini, penanggulangannya bisa dengan ramuan seperti pada penanggulangan pada penyakit radang insang (no.2) hanya saja agar khasiat ramuan lebih efektif, sebaiknya ikan lele yang sakit direndam dalam baskom yang telah diisi dengan ramuan tersebut. jika jumlah ikan lele yang sakit banyak, penanggulangan penyakit lele bisa dengan cara seperti di bawah ini :
a. Kuras air kolam 50%
b. Siapkan baskom/wadah yang bisa menampung jumlah ikan yang akan diobati, isi dengan ramuan daun pepaya dan daun sirih (yang telah dicampur dengan air bersih 10:1)
c. Masukan ikan lele kedalam baskom/wadah, waktunya disesuaikan saja, jangan terlalu lama, jika ikan lele terlihat sudah megap-megap, berarti sudah cukup.
d. Kembalikan ikan lele ke dalam kolam, tambahkan air kolam seperti volume awal, sebaiknya gunakan air yang berkualitas baik (Sudah dikompos atau air yang sudah melalui proses persiapan untuk air kolam).
e. Untuk membantu proses penyembuhan, boleh menebar cairan ramuan tersebut ke dalam kolam (cara no.2), ditambah dengan memasukan buah mengkudu yang sudah masak/mateng (cara no.1)
Ini hanyalah beberapa contoh cara penanggulangan penyakit lele dengan menggunakan bahan-bahan alami yang telah dilakukan oleh beberapa pembudidaya, jika para pembaca memiliki pendapat atau resep obat yang lain, silahkan dicoba dan jangan lupa sharing informasinya ke Ternak leleIPare-Kediri semoga saja dapat menambah wawasan dan berguna untuk para petani dan pembudidaya lele.